shoutoshiro: (Default)
2030-12-27 11:58 pm
Entry tags:

;throughout endless infinity

throughout endless infinity
& we just passed each other by. for the time being; let us forgot about the world

ABOUT


Hello there! I'm Shou Toshiro, also known as Akashi Shiin on numerous sites, since ST is my old alias, but I still use it sometimes so... I guess I wouldn't call it my old alias. You can call me anything you like, though! I post mainly fanfictions here, but I post original fictions' summary too from time to time.

Click here for easier navigation! The tags!

Latest work (2014/03/25)

Batas, original fiction, bahasa Indonesia, rated K.
((here))

Feedback are always welcomed.
Feel free to subscribe!
Please leave a comment if you want me to friend/subscribe you back.
shoutoshiro: (shio)
2016-03-19 11:15 pm

Summary: The Town of Drizzling Rain

Title: The Town of Drizzling Rain
Genre: Horror/Mystery
Rating: M (I don't know if I should rate this story as T+, but I'll go with M because of the generally gruesome elements)
Fiction Type: Multichapter

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: everything in this fic © Shou Toshiro

The Town of Drizzling Rain

(Content Severity: Discretion Strongly Advised)
Content warnings: Detailed writing, blood and gore, body horror, animal death, decapitation, death and murder, and err... other gruesome things (and they're not in the story just for show, I tell you)

Tepat satu tahun menghilangnya Noel Edwin, Maurice Cecil memutuskan bahwa sudah waktunya dia mencari keberadaan sahabatnya tersebut, tapi, yang jadi masalah ialah: dari mana dia harus memulai?

Dia tak tahu bagaimana memulai misi pencariannya — hingga beberapa hari kemudian, Maurice menerima sebuah kartu pos misterius di kotak suratnya yang mengarahkannya pada sebuah kota bernama kota Drizzle.

Dari sanalah Maurice mengambil beberapa langkah awal untuk menguak rahasia dibalik menghilangnya Noel — atau bahkan, lebih dari itu...
shoutoshiro: (eating)
2016-03-19 11:03 pm

Summary: Pandemonium of A Hollow Birdcage

Title: Pandemonium of A Hollow Birdcage
Genre: Dark fantasy/Mystery
Rating: T+
Fiction Type: Multichapter

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: everything in this fic © Shou Toshiro

Pandemonium of A Hollow Birdcage

(Content Severity: Discretion Advised)
Content warnings: Slow-paced plot, descriptive style of writing, blood, gore, violence, dark themes

Tidak punya alasan untuk hidup dan terus menunggu-nunggu akan kedatangan sang malaikat maut? Agnar Valderzen, seorang pemuda di usia 17 tahun, merasa demikian.

Sejak Ordshilve jatuh dalam sebuah jurang kegelapan tiada akhir, semuanya berubah. Kegelapan seolah menelan bahkan setitik cahaya yang terpancar dari hati-hati yang berharap, menyisakan kegelapan semata di seluruh daratan Ordshilve. Tak ada harapan lagi untuk Ordshilve.

Hidup di Ordshilve yang penuh tirani dan anarki, tak salah bila Agnar menginginkan kematian untuk menjemputnya sesegera mungkin, bukan?

Akan tetapi, pertemuan dengan seorang pembunuh bayaran berhasil mengubah pola pikir Agnar. Sepenuhnya. Siapa yang menyangka bahwa pembunuh bayaran tersebut menyimpan informasi yang teramat penting untuk seorang Agnar Valderzen?

Sesuatu yang Agnar cari selama hidupnya. Tentang siapa Agnar Valderzen sebenarnya, dan untuk apa dia hidup.
shoutoshiro: (eating)
2014-07-21 03:43 pm

Batas

Title: Batas
Genre: Angst
Rating: K
Fiction Type: Oneshot

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: everything in this fic © Shou Toshiro

Batas

Berhadapan dengan langit yang berwarna persik dengan gradasi oranye, aku menarik konklusi bahwa jingga belum memutuskan untuk tidur.

“Hei.” Suaramu dan suara angin beradu, memperebutkan mana yang lebih dulu sampai di telingaku - oh, suaramu tentu sampai lebih dulu. Sayang sekali, Tuan Angin.

“Apa?” Aku menyahutimu.

“Aku akan belajar di Denmark tahun depan.”

“Kenapa?”

“Memang harus begitu.” Kamu tertawa sambil terus menujukan pandanganmu ke arah jalanan yang ramai akan kendaraan berlalu-lalang, padahal aku bertanya serius.

“Kenapa?” Kuulangi pertanyaanku yang sebelumnya, mengharapkan jawaban yang definitif.

“Memangnya sampai kapan kita mau terus bersama?” Kamu berbalik bertanya padaku. Aku terdiam, tak dapat menjawabnya.

Saat aku sampai di rumah, kuulangi lagi pertanyaanmu di dalam benakku. Berenang, menyelam lebih dalam, dan makin dalam. Menghabiskan seluruh tenaga otakku untuk berpikir, berusaha untuk mencari jawaban darinya. Nihil.

Sudah juga ia bertanya ke beberapa jawaban yang lewat dalam otakku, namun hasilnya tetaplah nihil.

None. Nihil. Tak ada.

Pada akhirnya, setelah aku menyelam di museum memori, aku teringat bahwa kita hanyalah sebatas teman.

Ya, teman. Tak kurang, tak lebih.



A/N: Terinspirasi lagu scene oleh keeno yang dinyanyikan Hatsune Miku.
shoutoshiro: (drowning in blue)
2014-05-30 11:23 am

Mungkin

Title: Mungkin
Rating: K

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Mungkin

Mungkin kita sudah tak lagi berpijak di perasaan yang sama. Mungkin benang merah yang menghubungkan perasaan kita sudah tak terpaut lagi di jari kelingking kita, tak lagi menautkan hati kita. Mungkin kau sudah lama melupakanku. Mungkin kau sudah menemukan orang lain.

Mungkin aku juga sudah lama melupakanmu.

“Benarkah?”

“Ya. Tapi…”

Mungkin aku masih menunggumu. Mungkin aku masih menyukaimu. Mungkin aku masih ingin bersama denganmu. Mungkin aku ingin seutas benang merah kembali menautkan jari kelingking, serta hati kita.

Mungkin perasaan ini akan mencair seperti butiran salju yang nyatanya tak pernah datang di sini, namun…

Hei, mungkinkah untuk dapat bersamamu lagi?

“… mungkin saja aku berbohong.”

shoutoshiro: (pause)
2014-03-25 07:11 pm

Reveri dalam Sebuah Atensi

Title: Reveri dalam Sebuah Atensi
Genre: Romance
Rating: K
Fan-fiction type: Oneshot

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: PSYCHO-PASS © Urobuchi Gen

Reveri dalam Sebuah Atensi

Kougami Shinya menarik Ginoza Nobuchika ke dalam pelukannya, tak mempedulikan lagi atensi-atensi yang ditunjukkan oleh orang di sekitar mereka.

“Ko-Kougami! Bodoh, apa yang kau lakukan?! Lepaskan!”

Pemuda berkacamata yang secara teknikal adalah korban tersebut meronta, berusaha melepaskan pelukan Shinya agar tidak menarik atensi orang banyak, tapi sepertinya sudah terlambat.

“Aku menyukaimu, Gino. Aku sangat menyayangimu.” Shinya berbisik pada Nobuchika. Suaranya terdengar memohon; jadi, seberapa ingin Nobuchika memukul kepalanya dan bicara bahwa sepertinya ada satu atau beberapa sekrup di kepala Shinya yang copot, ia tak dapat melakukan hal itu.

Nobuchika juga merasakan hal yang sama menyangkut Shinya; ia tak dapat menyangkalnya.

Merah buah persik menghiasi kedua pipi Nobuchika saat ia merasakan jemari-jemari Shinya mengelus lembut surai hitam legamnya, membuatnya semakin manis. Alisnya mengerut, mulutnya sama sekali tidak membentuk senyuman – melainkan membentuk sebuah garis miring.

Oh, andai Shinya melepaskan pelukannya lebih dulu dan melihat ini, ia pasti akan melakukan sesuatu pada Nobuchika yang akan menarik atensi orang lain lebih banyak. Setidaknya, Nobuchika bersyukur akan hal itu.

Nobuchika tahu Shinya menyukainya. Ia tahu Shinya menyayanginya. Ia tahu Shinya mencintainya. Ia tahu. Nobuchika tahu.

“Aku tahu, bodoh… Aku tahu.”

Shinya menutup kedua matanya dan tersenyum simpul. “Aku senang kau tahu.”

Pada akhirnya – mereka tak lagi mempedulikan atensi orang-orang di sekitar mereka, perlahan tenggelam dalam sebuah reveri. Tak perlu lagi ada kata yang bertukar di antara mereka.

Reveri yang nyata ini hanyalah milik mereka. Tak akan ada seorang pun yang dapat memasukinya, sekalipun kau seseorang bernama Makishima Shougo atau Tsunemori Akane. Tentu saja, akan selalu ada pengecualian. Ini klise, namun pengecualian ini tentu saja jatuh pada Kougami Shinya dan Ginoza Nobuchika.

Bagaimana? Tak perlu dijelaskan lebih jauh lagi, ‘kan?



A/N: Short, plotless, fluffy thing I wrote out on a whim. May be an AU, may not be an AU, depending on how you would like to see it.
shoutoshiro: (attraction)
2013-05-23 04:38 pm

Living a Life

Title: Living a Life
Rating: K

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Living a Life

Aku menyaksikan kehidupan, aku melihat hal-hal indah.

Dalam alunan harmoni dan getaran warna yang nyata,
Ikatan antara kau dan aku.

Aku ingin kau memiliki mata ini, dan sebagian dari pikiranku, sehingga kau dapat memahamiku.

Bersama-sama, kita akan hidup.

Menikmati semua yang ditawarkan oleh kehidupan.



A/N: Tolong abaikan judulnya. orz
shoutoshiro: (nonon)
2013-05-23 04:23 pm

Believing in My Own Strength

Title: Believing in My Own Strength
Rating: K

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Believing in My Own Strength

Apakah kau tahu rasanya bisa tersenyum dan tertawa dengan bebas?

Apa kemampuan yang kumiliki untuk membuat hidupku alasan untuk berada di sini?

Aku putus asa mencoba, untuk meraih sesuatu yang istimewa. Aku berusaha keras agar layak berada di sini.

Pada saat harapan tak berguna dan keraguan menyelimuti pikiranku; aku takut akan kehilangan diriku sendiri.

Aku harus percaya. Aku harus percaya akan kekuatanku; dalam nilaiku sendiri agar aku bisa terus melangkah ke depan, ketika hari menjadi abu-abu.
shoutoshiro: (shio)
2013-04-24 04:55 pm

Bitter

Title: Bitter
Rating: K

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Bitter

Duniaku dipenuhi dengan cahaya yang bersinar dengan terang.

Di antara cahaya-cahaya itu, cinta pasti akan tumbuh.

Seberapa ingin aku kembali ke masa lalu pun, aku tak dapat kembali.

Aku berusaha menguatkan diriku; tertawa juga; namun, semuanya tumpah begitu saja dari dalam hatiku, tak dapat berhenti; terus berulang-ulang.

Cahaya-cahaya terang yang dulu menyinari kita, kenangan kita, kota ini, kini sudah menghilang.

Aku hanya ingin tertawa di sampingmu sedikit lagi.

Aku hanya ingin berada di sisimu sedikit lagi, tapi



A/N: Terinspirasi oleh lagu bitter oleh keeno yang dinyanyikan oleh Hatsune Miku.
shoutoshiro: (eh)
2013-04-19 12:36 pm

Fix

Title: Fix
Rating: K

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Fix

Kita menjalani kisah cinta yang canggung, hanya dengan berpegangan tangan saja dapat membuat kita senang.

Berada di sisimu adalah satu-satunya yang kuinginkan.

Hanya dengan berada di sisimu, aku merasa bahwa aku dapat melewati semuanya dengan mudah.

Namun, tanpa kusadari, kau sudah begitu jauh.

Aku jatuh cinta kepadamu sekali lagi, dan semuanya terasa sakit.

Sudah berapa kali aku jatuh ke dalam lubang yang sama? Aku bertanya dalam hati.

Aku bahkan tak tahu malam datang begitu cepat.

Aku menangis. Kau tidak menyadarinya.

Aku memanggil namamu lagi dan lagi.

Walau terasa menyakitkan, aku masih mencintaimu. Aku jatuh cinta padamu.

Suaramu menggema di dalam hatiku.

Aku mengulurkan tanganku, mencoba untuk meraihnya.

Aku berusaha untuk bertahan, aku selalu berusaha.

Sebentar lagi akan hilang, bukan? Namaku yang terukir dalam hatimu.

Malam datang menyelimuti seluruh tubuhku yang bergetar. Aku tak dapat melihat apa-apa, aku memanggil namamu. Sakit.

Ini sangat menyakitkan. Walaupun begitu, aku, dengan bodohnya masih mencintaimu.

Aku jatuh cinta padamu.



A/N: Terinspirasi dari lagu fix oleh keeno yang dinyanyikan oleh Hatsune Miku. Revisi sekaligus versi cerita yang lebih panjang bisa dibaca di Wattpad (username: ArchaicAlchemy)!
shoutoshiro: (pinkies)
2013-03-31 08:33 am

Janji Segitiga Musim Panas

Title: Janji Segitiga Musim Panas
Genre: General
Rating: K
Fiction type: Oneshot

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: everything in this fic © Shou Toshiro

Janji Segitiga Musim Panas

“Lavender, lihat!” Coffee menarik tangan kecil gadis yang berada di sampingnya –Lavender, sambil menunjuk ke arah langit.

“Indah sekali!” Kedua iris berwarna violet milik Lavender berbinar seakan ada bintang dalam kedua bola mata yang bulat itu. Anak lelaki yang di sebelahnya mengangguk dengan senang. “Iya, ‘kan?”

Jari-jari kecil mengarah ke arah langit berbintang yang diselimuti oleh rasi bintang segitiga musim panas, seakan ingin menangkapnya. Menunjuk ke arah salah satu bintang, gadis kecil itu bertanya. “Ko-chan, bintang yang itu namanya apa?”

Anak lelaki itu melihat ke atas. “Yang mana?”

Jari-jari kecil kembali menuntunnya untuk melihat ke arah yang ditunjuk, iris cokelatnya terhenti pada satu bintang yang terlihat paling bersinar diantara yang lain. “Yang itu, Ko-chan. Yang paling bersinar.”

Tersenyum lebar, anak lelaki itu melirik si gadis kecil sebentar sebelum kedua iris berwarna gelapnya kembali terfokus pada segitiga yang berada di langit malam. “Yang itu namanya Deneb. Kalau yang itu, namanya Altair. Dan yang di atas itu, namanya Vega.”

Kedua iris berwarna violet semakin berbinar saat mendengar penjelasan dari teman sepermainannya itu. Ide muncul dalam benaknya. “Ko-chan!” Gadis kecil itu berseru, dan menggenggam kedua tangan anak lelaki yang berada di sampingnya. “E—eh? Apa?” Tanyanya, bingung menghiasi kedua iris cokelatnya.

“Nanti kalau sudah besar, kita lihat bintang seperti ini lagi, ya?” Ujar si gadis kecil, tersenyum, mengulurkan jari kelingkingnya.

“Iya!” Mengangguk dengan senang, anak lelaki itu juga mengulurkan jari kelingkingnya pada gadis kecil yang sekarang berada di hadapannya – mengikatnya dengan kuat. “Ko-chan, janji, ya?”

—Tentu saja disambut dengan senyum gembira oleh pemilik iris berwarna cokelat. “Iya, janji!” Ujarnya senang, kedua jari kelingking kecil masih terikat; janji yang mereka buat di bawah sang segitiga musim panas.



A/N: Hai. Shou di sini. Judulnya cheesy banget orz. Maaf enggak nge-post selama 2 bulan terakhir ini. Aku lagi kena writerblock selama 2 bulan terakhir ini, dan Senin, aku masih ada ujian di sekolah, ditambah lagi bulan depan ujian nasional. Ini original fiction pertama yang aku buat dan publish di internet. Sekuel saat mereka sudah besar nanti mungkin akan kubuat.
shoutoshiro: (eating)
2013-01-13 09:25 pm

手をつないで

Title: 手をつないで
Genre: Romance
Rating: K
Fan-fiction type: Oneshot

Pairing: Kanda/Allen
Fandom: D.Gray-man
Language: English

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: D.Gray-man © Katsura Hoshino

手をつないで

“I can’t sleep, Kanda. I think it would be nice if someone were to hold your hand if you somehow can’t fall asleep,” The said man grunted. “Still wanting for someone to hold your hand to fall asleep? What are you, five?”

Allen glared and pouted childishly. “Well, excuse me for being immature.” He said before turned his back to the raven-haired samurai. The latter scoffed before turning Allen, making the white-haired boy facing him again.

Kanda brought Allen to his chest instead of holding his hand, much to Allen’s embarrassment. “Better, Bean sprout?” Allen blushed in response, a delicate color of pink tinting his cheeks. “Y—Yeah, better. Thank you, Kanda,” he whispered.

“Happy now?”

Allen smiled one last time, before he cuddled more to the warmth that Kanda's provided, and eventually drifting into a peaceful slumber. “Good night, Kanda.”



A/N: Actually inspired by Wotamin’s cover of Rokutousei no Yoru. I’m actually planning to do a full and long Yullen oneshot inspired by this song, but I still have this fever urgh. Please feel free to correct my grammar mistakes if you spot any.
shoutoshiro: (drowning in blue)
2012-12-25 12:54 am

Bouquet

Title: Bouquet
Genre: Friendship ;one-sided romance
Rating: K
Fan-fiction type: Oneshot

Pairing: Lavi/Allen
Fandom: D.Gray-man
Language: English

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: D.Gray-man © Katsura Hoshino

Bouquet

“Tonight, meet me at the backyard.”

[x]

Lavi smiled when he saw mop of white hair approaching him. “Hey, Allen.” He greeted.

The said boy was still panting heavily because of running all his way to the backyard. “What… do you have something… to talk to me…?” He asked in the middle of his heavy breathing, instead of replying Lavi’s greeting.

Lavi approached the panting boy in front of him. The red-haired man pushed down his bandana to his neck, and he pulled out his right hand that was hidden before. In his hand, a bouquet of beautiful white lilies.

Allen stared at Lavi in confusion. “What is this for, Lavi?”

“Happy birthday, Allen.” The red-haired man said, with a gentle smile, giving the bouquet to the white-haired boy before him.

Tint of pink crept its way to Allen’s cheeks. He knew he was being exaggerating, but oh well. He then managed to receive Lavi’s bouquet nervously in his hands. He brought the bouquet of lily Lavi gave to his nose and sniffed it quietly.

“Do you like it? I’m sorry, it’s nothing expensive and good because I don’t know what to give you.” Lavi grinned sheepishly while scratching his right cheek.

“No! I really like it, it’s very pretty! You don’t have to give me something expensive. I don’t deserve it, you know…” Allen said, his panting from earlier vanished completely, as he fixed his gaze on the ground, unable to look the elder on the eyes.

Lavi placed his hands gently on Allen’s cheeks, bringing the white-haired boy’s head up. “Hey now, c’mon bud. If I were to buy something expensive for you, you deserved it, okay? You’re my dear friend, after all. So stop acting all sad.”

Allen’s silver orbs stared at Lavi’s gentle emerald orbs somewhat longingly, before he realized that their position was too close and intimate, at least for Allen. A blush dusted his cheeks, and he found that he was unable to move free from Lavi’s grasps –well, more like he didn’t want to. He managed to say a timid ‘yes’ and ‘thank you’ after hearing Lavi’s statement.

“That’s my Allen.” Lavi grinned, before pulling Allen into an intimate hug.

“Lavi?” Allen flushed at the sudden action. For God’s sake, he didn’t know why he acted like a lovestruck schoolgirl. “I like you,” The elder whispered quietly.

“What?” Allen asked, unable to catch Lavi’s whisper.

Lavi released Allen, then he leaned down to give Allen a soft peck on the side of his cheeks. “Nothin’. C’mon, let’s go back to the HQ. Everyone probably are worried of our little bean sprout birthday boy here.” He grinned and began walking.

Allen’s silver orbs dilated, tint of pink dusted his cheeks annoyingly, probably because Lavi had pecked him on the cheek. He touched the spot on his cheek that Lavi had pecked earlier. “Hey, what was that!? And I’m not a bean sprout!” he shouted to Lavi as he rushed to the latter’s side. Lavi let out a small chuckle.

When Allen had finally walked side to side with Lavi, he asked out of his curiosity. “What was that thing you whispered to me earlier, Lavi? I was unable to catch that.”

“’twas nothin’ important. Someday you’ll know, little bean sprout.” Lavi replied, ruffling Allen’s white strands gently, grinning.

Allen could only pout childishly at Lavi’s reply. “I’m not a bean sprout.”

Lavi laughed again.

How Lavi wanted to just glomp the boy that was currently walking side to side with him and kiss him here for acting adorably cute like that. But unfortunately, Allen never knew of Lavi’s feelings towards him.

I’ll let him know when the war ends.



A/N: A short and somewhat rushed fic for Allen’s birthday. 8’D I actually write another Laven fic for Allen’s birthday, but it’s not finished yet. Please expect it soon! I’m sorry if it’s so lame, and please forgive for any grammar mistakes, as I typed this in a rush, just for you, Allen bby. ;_; Feel free to correct me, and happy birthday too, Allen bby!! Please stay badass, cute, adorable, sweet, etc etc! I love you forever Allen hun!! <33 also, merry christmas!! God bless. And sorry for the lame title lolol! Yullen fanfic soon!
shoutoshiro: (fragments)
2012-12-09 07:02 pm

Asa

Title: Asa
Rating: K

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Asa

Aku mencintaimu, walaupun kau mencintai orang lain.

Aku mencintaimu, walaupun kau tidak akan pernah melihatku.

Aku masih mencintaimu, walaupun aku tahu kau tidak akan pernah membalas perasaanku.
shoutoshiro: (gin)
2012-12-01 11:33 pm

Sandiwara

Title: Sandiwara
Genre: General
Rating: K
Fan-fiction type: Oneshot

Pairing: Kanda/Allen ;implied
Fandom: D.Gray-man
Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: D.Gray-man © Hoshino Katsura

Sandiwara

Kau selalu tersenyum terhadap siapa pun. Bahkan padaku yang selalu berkata kasar padamu.

Kau selalu membiarkan mereka yang menjauhimu dan mengatakan bahwa kau adalah manusia terkutuk —membalas mereka hanya dengan sebuah senyuman yang polos, di sampingmu, Lavi yang menggerutu, dan Lenalee yang berusaha untuk menenangkan pemuda berambut merah itu.

Tidak apa-apa. Hal seperti itu sudah biasa, jadi, tolong jangan dipikirkan.

Aku tidak apa-apa.

Bosan. Aku sudah bosan mendengar kalimat seperti itu yang terus keluar dari mulutmu.

Kau, apakah kau tidak lelah terus diperlakukan seperti sampah? Entah dari mana aku tahu hal seperti ini, tapi, aku sangat tahu betul, di balik senyumanmu, hanya ada kesedihan yang mendalam, yang akan terus terpahat di dalam hatimu. Aku dapat melihatnya hanya dengan memandang matamu yang beriris abu-abu itu.

Aku heran, mengapa si kelinci bodoh dan perempuan berambut pendek itu tidak pernah menyadari itu semua — atau mereka hanya berpura-pura dan memutuskan untuk mengikuti arah sandiwaramu? Entah benar atau tidak, aku tidak peduli tentang mereka. Harus kukatakan bahwa sandiwaramu sukses, namun tidak untukku.

Kau juga tidak pernah membuka mulutmu tentang kesedihanmu. Kau bahkan menutup semua kesedihanmu dengan sebuah topeng yang dapat dibilang — tersenyum tanpa henti selama 24/7, dan itu membuatku muak. Benar-benar muak, kau tahu itu?

Itu yang membuatku sangat merasa kesal padamu.

Tapi pada saat yang sama, aku ingin memelukmu erat. Membawamu ke dalam pelukanku, lalu menghapus semua air mata yang selalu kau teteskan setiap malam, di balik pintu kayu kamarmu itu. Aku tahu ini tidak biasa —dan aku juga tahu betul jika aku melakukan semua itu padamu, kau tentu akan ketakutan.

Aku tidak akan mengakui ini seumur hidupku, tapi,

Allen Walker,

Bean sprout bodoh,

Aku tidak pernah membencimu.

Hanya satu — aku berharap kau menghentikan semua sandiwara yang telah kau bangun selama ini, dan melepaskan topeng yang selalu menutupi senyumanmu yang sesungguhnya itu.



A/N: Aku merasa telah merusak citra Yullen di fanfiksi ini. Maaf Kanda OOC. orz
shoutoshiro: (attraction)
2012-12-01 11:17 pm

Tsundere

Title: Tsundere
Genre: Romance
Rating: K
Fan-fiction type: Oneshot

Pairing: Lavi/Allen
Fandom: D.Gray-man
Language: English

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: D.Gray-man © Hoshino Katsura

Tsundere

“Allen!” Lavi glomped Allen and wrapped his arms around Allen’s waist. “What’cha doin’?” Lavi asked the white-haired boy.

Allen gasped. “I-idiot! Are you blind or what? I-I’m reading,” The boy murmured while blushing at the intimacy, but it seems that a certain red-haired didn’t feel anything at their intimacy. Lavi chuckled, “Haha, what a cute reaction we have there.”

“What do you mean? I’m not cute at all.” He glared. Lavi laughed again. “Okay, okay. It’s just rare to see you’re acting tsundere.”

“Hence you’re cute, Allen.” He patted the boy’s soft silver locks. Allen blushed, hiding his face with the book. “I-I’m not cute, nor tsundere.” Lavi laughed again as he leaned down to kiss Allen’s forehead.

“But you are being one, little Moyashi-chan.”



A/N: HAHA WHAT was that just now. Writing a tsundere (sort of) Allen is fun, and not to mention, he’s cute that way, too! I hope you enjoyed this fluffy little piece of Laven. (even though Allen is OOC)
shoutoshiro: (sky)
2012-11-12 08:26 pm

Hidup

Title: Hidup
Rating: K

Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Hidup

Jika hidup dapat diringkas dengan sebuah kata, kupikir kata yang paling cocok untuknya adalah — lagu.

Setiap orang menyusun lagu mereka sendiri.

Bisa dibilang, kita adalah pemimpin orkes dan penyusun dari lagu kita sendiri.

Di dalam musik kita, akan ada sebuah awal dan, tidak ragu lagi, sebuah akhir.
Durasinya kita tidak akan tahu, mereka tidak menentu.

Tapi — segera ataupun nanti, musik kita akan berakhir.

Dan musik yang kita susun selama ini, akan menjadi tidak lebih dari sebuah memori.

Itulah yang kupercaya.



Read @ FictionPress
shoutoshiro: (Default)
2012-10-10 06:38 pm

Sirkam

Title: Sirkam
Genre: Romance
Rating: K+
Fan-fiction type: Oneshot

Pairing: Oz/Echo
Fandom: Pandora Hearts
Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: Pandora Hearts © Mochizuki Jun

Sirkam

Hari ini. Hari libur spesial bagi semua bangsawan. 5 Mei. Hari yang kau tunggu-tunggu sejak saat itu. Semua masalah tentang kematian Elliot memang belum terselesaikan. Ditambah lagi dengan Leo yang hilang setelah kematian si bangsawan bertempramen tinggi itu. Kau sangat pusing, dan sudah muak dengan semua ini. Tapi, tidak ada salahnya jika menikmati hari libur untuk sehari penuh, bukan? Itu yang kau pikirkan.

“Untung Gil dan Alice sedang pergi. Aku bisa berjalan-jalan seharian hari ini!” Ucapmu sambil merentangkan tanganmu.

Kau berjalan menyusuri Leveiyu, dan berhenti di depan sebuah gedung. Mengamati gedung itu, kau berpikir.

Apakah
dia ada di sini?

Berpikir sebentar, adalah yang kau lakukan sebelum akhirnya memutuskan untuk menginjakkan kakimu ke dalam gedung itu.

Sepi, pikirmu. Derap langkahmu terdengar keras saat kau menaiki sebuah tangga dalam gedung itu. Sampai di lantai paling atas, kau berjalan ke arah jendela dan meloncatinya. Beruntung, di bawah jendela itu adalah atap sebuah toko perhiasan kecil. Kau menengokkan kepalamu ke samping, dan menemukan seorang gadis dengan rambut biru muda —sangat muda hingga terlihat seperti putih salju —yang indah sedang duduk di atap itu.

Kau tersenyum.

Kau menghampiri gadis salju itu, dan duduk di sampingnya. “Halo, Nona Echo!” Sapamu pada gadis salju itu, dengan senyum seorang bangsawan di wajahmu.

Gadis itu melirikmu selama beberapa saat. Ia tidak mengatakan apapun padamu, menjawab sapaanmu pun tidak. Ia hanya menatapmu dengan datar lewat irisnya yang berwarna silver. Gadis itu memiringkan kepalanya dengan ekspresi datar yang sama seperti tadi. Imut, pikirmu. Tapi kata-katanya yang selanjutnya sangat menusukmu.

“Siapa?”

Kau terlonjak sedikit. Kau tertawa garing, “Si—siapa? Ahahaha —… Nona Echo… Aku Oz Vessalius. Majikan kakak majikanmu itu…” Ujarmu, menggaruk punggung kepalamu yang jelas-jelas tidak terasa gatal. Gadis itu terlihat sedang berpikir.

“Ah, Tuan Oz yang itu, ya. Yang majikannya Tuan Gilbert. Echo ingat.” Katanya sambil menatapmu tanpa ekspresi.

Kau hanya tersenyum padanya. Tertawa kecil, kau berkata, “Kukira kau tidak akan ingat, hehe.”

Gadis salju itu —Echo, tiba-tiba menundukkan tubuhnya di depanmu. “Maaf atas ketidaksopanan Echo.” Ujarnya.

“E—eh? Tidak perlu minta maaf, Nona Echo…” Ucapmu, menundukkan kepala dan tubuhmu juga agar sejajar dengan gadis salju itu. “Santai saja, oke?” Lanjutmu, menepuk pelan bahu si gadis salju.

Echo hanya menganggukkan kepalanya. Ia lalu kembali duduk lagi. Kali ini, ia mengambil sebuah buku catatan kecil dan sebuah pena dari sakunya dan mulai berkutat dengan buku kecil itu.

Melihat dia yang kembali duduk, kau mengikutinya, dan memilih untuk duduk di sampingnya lagi. Penasaran akan apa yang si gadis salju itu tulis, kau bertanya. “Nona Echo, apa yang kau—”

Namun, sebelum kau sempat meneruskan pertanyaanmu, si gadis beriris silver itu menyela perkataanmu. “Echo saja.”

“Tapi, Nona Echo —” Lagi-lagi perkataanmu disela olehnya. Kali ini gadis itu bicara dengan sedikit penekanan. “Echo saja.”

Sadar bahwa kau membuat gadis itu sedikit jengkel, kau menyerah. “Oke, oke. Echo.”

Kau tertawa, mengapa bisa ada perempuan selain Alice yang ingin dipanggil hanya dengan namanya saja (minus Ada). Kau selalu percaya bahwa perempuan selalu senang jika dipanggil dengan hormat, seperti ”Nona” atau “Nyonya”. Kau juga selalu berpikir bahwa hal seperti memanggil seorang gadis hanya dengan namanya saja —adalah kasar.

Tapi, karena gadis salju ini bersikeras. Dan karena kau (sepertinya) tidak pernah bisa menolak gadis seimut Echo.

“Hei, Echo… ayo ngobrol lebih dalam tentang diri kita masing-masing.”

[x]

Langit mulai berubah menjadi berwarna oranye sore itu. Sang surya mulai terlihat tenggelam. Awan-awan ikut berwarna oranye juga. Dan dengan kau dan gadis itu masih berada di atas atap, langit yang biasanya terlihat biasa dan tanpa kesan itu berubah menjadi indah —apalagi karena kau berdua dengannya.

Tanpa sadar, kau telah menghabiskan seharian hari liburmu hanya mengobrol dengan gadis itu. Membicarakan semua tentangmu dan dia. Walaupun gadis itu tidak merespon. Kalaupun merespon, ia hanya menjawab, “Echo juga”, ataupun mengangguk. Padahal, hari ini kau ingin mengunjungi toko-toko yang baru berdiri di Leveiyu, dan mencari oleh-oleh untuk Gil dan Alice. Untuk suap. Karena kau tahu mereka akan memarahimu habis-habisan karena kau berani pergi ke kota sendiri, tanpa diawasi anggota Pandora pula.

“Nah, Echo. Hari sudah sore. Sudah hampir malam, sudah sebaiknya kau pulang ke mansion Nightray. Vincent pasti khawatir.”

Kau berdiri, dan mengusap-usap pakaianmu, menyingkirkan debu yang menempel. Gadis itu ikut berdiri, dan menyimpan buku catatan kecil serta pena-nya ke dalam saku pakaiannya lagi.

“Baik. Kalau begitu, Echo permisi. Terima kasih untuk hari ini, Tuan Oz.” Ucapnya, hendak meloncat ke atap lainnya. Biasa. Saat melihat gadis itu dari belakang, kau menyadari sesuatu. Dengan cepat, kau menarik tangannya, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.

Iris silver itu membesar, menatapmu dengan ekspresi yang kaget. Sadar akan perbuatanmu, kau menarik kembali tanganmu. Wajahmu memerah. “Ah… anu, itu… Echo… hiasan rambut itu… kau memakainya?” Tanyamu blak-blakan.

Wajah gadis itu memerah setelah mendengar pertanyaanmu. Ia memalingkan wajahnya, menatap ke samping. Ia menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Jika maksudmu sirkam ini, Echo pakai setiap hari sejak pemberian Tuan Oz di Bridget Day hari itu.”

Hatimu mulai memacu mendengar jawaban yang keluar dari mulut gadis itu. “Kau… suka?”

Kali ini gadis itu mengangkat wajahnya dan menatapmu dengan kedua iris silvernya yang indah. Merasa tidak kuat untuk menatapmu lebih lama, gadis itu menundukkan kepalanya. “… Echo suka.” Bisik gadis itu dengan sangat pelan, namun masih dapat terdengar olehmu.

Pacuan dalam hatimu terasa semakin menggila setelah mendengar akuan gadis itu. Ia suka. Ia suka pemberianmu hari itu. Tiba-tiba warna merah yang menghiasi wajahmu hilang.

Kau merasa percaya diri, dan memutuskan untuk bicara. Dengan senyum tulus —bukan senyummu yang biasa kau sunggingkan di depan para bangsawan busuk itu —kau meraih hiasan rambut yang terletak di belakang telinga gadis itu. Kau merasakan helaian rambut berwarna saljunya yang sangat halus saat itu. Sambil menyentuh hiasan rambut itu, kau berkata,

“Kau cantik, lho. Memakai sirkam itu.”



A/N: Revisi bisa dibaca di Wattpad maupun FFn! (username Wattpad: ArchaicAlchemy; username FFn: Shady Violet)
shoutoshiro: (sky)
2012-10-09 06:01 pm

Tunggu Aku

Title: Tunggu Aku
Genre: Angst
Rating: K+
Fan-fiction type: Oneshot

Pairing: Kise/Kuroko ;implied
Fandom: Kuroko no Basuke
Language: Bahasa Indonesia

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Tunggu Aku

Jika aku sudah pergi jauh dari sini, meninggalkan tempat ini dan semua kenangan di sini untuk waktu yang tak dapat ditentukan,

Aku hanya akan meminta satu hal padamu. Kumohon

Hanya satu yang ia minta.

Tolong, jangan lupakan tentangku, ya?

Kise-kun

Itu adalah permohonan terakhirnya. Ia yang mengucapkannya dengan seulas senyum yang tulus di wajahnya, serta kristal-kristal bening yang mengalir turun dari kedua mata beriris biru langit itu.

Langit berubah menjadi berwarna abu-abu pekat saat itu. Titik-titik air pun mulai berjatuhan dari langit. Ini aneh. Hei, tahu kenapa? Karena ini adalah musim panas.

[x]

Lihat, Kurokocchi langit pun juga menangisi kepergianmu.

[x]

Selamat tinggal, Kurokocchi
[x]

Kau yang kini sudah berumur 22 tahun menunduk dan menaruh sebuah buket bunga di atas batu nisan berwarna silver milik seseorang yang berharga dalam hidupmu. Di batu nisan itu, terukir sebuah nama. Kuroko Tetsuya. Ia berharga bagimu. Lebih dari siapa pun.

Mengusap batu nisan milik Tetsuya dengan pelan, kau menyapa, Halo, Kurokocchi. Apa kabar? Apakah kau bahagia di atas sana? Tidak mengharapkan sebuah jawaban.

Kau tersenyum kecil. Kau pasti bahagia di atas sana, ya. Bagaimanapun juga, kau selalu ingin meraih langit biru itu. Ya, kan, Kurokocchi?

Drip.

Satu tetes air mata jatuh dari kelopak mata beriris honey brown milikmu. Terkejut, buru-buru kau menghapus air matamu dengan punggung tanganmu. Aah, aku memang tidak pernah bisa tidak menangis jika mengunjungimu, Kurokocchi. Maaf, aku tidak cukup kuat untuk hal seperti ini aku cengeng, ya? Haha” Ucapmu sambil tertawa, padahal jelas-jelas tidak ada yang lucu.

Di batu nisan itu, terdapat sebuah bingkai foto dengan lelaki berambut biru muda sedang tersenyum di dalamnya. Cantik. Orang itu terlihat cantik dalam foto itu.

Lamunanmu buyar ketika mendengar telepon selularmu berdering. Kau merogoh sakumu, dan menempelkan telepon selularmu di telingamu. Ya?

Ah, iya. Maaf, aku akan segera ke sana sekarang. Sekali lagi, maaf! Kau terlihat panik sesaat, sebelum akhirnya menutup telepon selular flip-mu, memasukkan kembali telepon itu ke dalam saku celanamu lagi.

Kau cemberut.

Kurokocchi, aku dimarahi manajerku gara-gara terlalu lama menghabiskan waktu di sini. Apa salahnya? Aku hanya ingin mengunjungimu. Lagipula, dengan jadwal pemotretanku yang semakin padat, aku jadi jarang mengunjungimu. Kau pasti kesepian, kan, Kurokocchi? Curhatmu. Wajah cemberutmu berubah menjadi lembut saat kau menyebutkan nama orang itu.

Kau menghela napas perlahan. Tapi mungkin aku akan pergi untuk sekarang. Aku tidak mau dimarahi lagi, uuhh! Aku akan mengunjungimu lagi, jadi

Mengelus bingkai foto orang itu, kau menyunggingkan sebuah senyum yang tulus. Kau berkata,

tunggu aku, ya?



A/N: Ini sebenernya epilog untuk fiksi KiKuro yang lagi kubuat. Whatever, untuk sekarang, ini bakal jadi oneshot stand-alone.
shoutoshiro: (shio)
2012-08-26 12:35 pm

Sweet

Title: Sweet
Genre: Romance
Rating: K
Fan-fiction type: Oneshot

Pairing: Riku/Sora
Fandom: Kingdom Hearts
Language: English

Author: Shou Toshiro

Disclaimer: Kingdom Hearts © Square Enix

Sweet

Rikuu Sora purred softly onto Rikus skin. Riku tightened his hold on Soras waist and murmured quietly, Mhm?

Sora leaned and buried his head further to Rikus chest and muttered, It feels nice to kiss and hug you… makes me all warm and fuzzy inside

Riku brushed strands of chocolate caramel-colored hair before leaned a bit to kiss the brunets head affectionately. Me too.



A/N: Lol I don't even know what this is //runs away